Selasa, 13 September 2011

~Biar Malu yang Penting Kenyang~

                     Aku menari-nari dengan gembira. sampai aku tidak sadar pacar kakak sedang bolak-balik masuk rumah, aku malu sekali karena ada yang melihatku menggila. Untunglah ia tidak bersama dengan teman-temannya yang lain. Waktu itu rasanya seperti daun putri malu yang sedang merunduk malu dan lemas. Saat kami bertatapan aku hanya bisa tersenyum sambil malu-malu, pasti pipiku bersemu merah saat itu.

                    Setelah melihatku tersenyum malu, pacar kakak justru tertawa-tawa tidak jelas. Ia berkata padaku bahwa aku lucu karena melompat-lompat dan menari seperti kanguru mau melahirkan. Karena sadar akan perilakuku akhirnya aku ikut tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba ayahku datang mengagetkan kami. Suasana menjadi terasa canggung.

                    Seketika aku dan ayahku berpandang-pandangan. Ayahku seperti ingin tertawa, namun tertahan dibibirnya. kemudian beliau menyuruhku membuatkan minum untuk pacar kakakku. Aku pun segera pergi ke dapur dan membuatkan minum untuknya. Di saat aku meletakkan minuman di meja, suara nyaring mangkuk baakso yang dipukul pun terdengar, kemudian kami makan bakso bersama.




DWINDA SEKAR ANDREA
X-8 / 11

Pentas Seni Kampung Karang Taruna


             Tini berlari-lari bersama Tono di depan teras. Setelah itu ada siswa-siswi yang melewati rumah mereka. Lalu Tini dan Tono menari-nari untuk menarik perhatian mereka. Siswa-siswi tersebut pun tertegun melihat tingkah Tini dan Tono. Lalu terdengar suara Ambulan yang menari-nari ditengah suasana tersebut yang membuat mereka kebingungan. Tini dan Tono menyapa para siswa-siswi tersebut ternyata mereka memiliki sifat yang baik-baik , ramah. Lalu dengan sigap mereka menangkap sosok ibu-ibu yang dating ke arah mereka.

            Sore pun tiba, akhirnya Tini dan Tono pulang. Sampai rumah Tono memberi makan kelinci-kelinci yang dibelinya tiga bulan yang lalu. Sedangkan Tini memberi makan  ikan-ikan yang terdapat di ruang tengah. Setelah itu, ibu mereka memanggil Tini dan Tono untuk makan. Mereka pun makan dengan lahap karena mereka belum makan sejak tadi siang.

            Tini dan Tono segera meninggalkan meja makan ketika seseorang mengetuk pintu degan hati-hati. Tini bergegas menuju ruang tamu, dan ketika pintu terbuka, salah seorang rombongan siswa-siswi itu berada di depan pintu.Aldo, si tamu itu, ingin mengajak Tini dan Tono untuk bermain dalam pentas seni kampung yang diselenggarakan pemuda-pemudi karang taruna dalam menyambut peringatan 17 Agustus. Mereka menyanggupinya, ketika pada saat yang bersamaan suara adzan Maghrib mengalun lembut dari Mushola Al-Ikhlas. Aldop pun pamit, dan mereka tidak sabar untuk mengikutinya.

Meiza Dwihestiarini X8-24